Beranda | Artikel
Penjelasan Kitab Tajilun Nada (Bag. 13): Macam-Macam Irab dan Tandanya
Minggu, 8 September 2024

Ibnu Hisyam mengatakan,

(فَصْلٌ) أَنْوَاعُ الْإِعْرَابِ أَرْبَعَةٌ: رَفْعٌ وَنَصْبٌ فِي اسْمٍ وَفِعْلٍ. نَحْوُ: زَيْدٌ يَقُوْمُ, وَإِنَّ زَيْدًا لَنْ يَقُوْمَ, وَجَرُّ فِي اسْمٍ, وَنَحْوُ بِزَيْدٍ, وَجَزْمُ فِي فِعْلٍ, نَحْوُ: لَمْ يَقُمْ, فَيُرْفَعُ بِضَمًّةٍ, وَيُنْصَبُ بِفَتْحَةٍ, وَيُجَرُّ بِكَسْرَةٍ, وَيُجْزَمُ بِحَذْفِ حَرَكَةٍ

 “Macam-macam i’rab ada empat, yaitu: rafa’, nashab, jer, dan jazm. I’rab rafa’ dan nashab terdapat pada isim dan fi’il. Contohnya adalah:

زَيْدٌ يَقُوْمُ

“Zaid sedang berdiri.”

وَإِنَّ زَيْدًا لَنْ يَقُوْمَ

Sungguh Zaid tidak akan berdiri.”

Adapun i’rab jer hanya ada pada isim. Contohnya adalah:

بِزَيْدٍ

“Dengan Zaid”

Adapun i’rab jazm hanya ada pada fi’il. Contohnya adalah:

لَمْ يَقُمْ

“Dia tidak berdiri.”

Tanda utama dari masing-masing i’rab tersebut adalah: rafa’ dengan tanda dhammah, nashab dengan tanda fathah, jer dengan tanda kasrah, dan jazm dengan tanda menghapus harakat (sukun).”

Ibnu Hisyam pada bait di atas mengatakan فَصْلٌ (faslun). Faslun adalah bagian atau bab yang berdiri sendiri dan terpisah dari bab lainya. Faslun tersebut mencakup berbagai pembahasan. Sedangkan bab mencakup beberapa faslun dan memiliki cakupan yang lebih luas. Istilah bab digunakan untuk merujuk pada bagian yang mencakup berbagai faslun dan masa’il.

Adapun perkataan Ibnu Hisyam tentang أَنْوَاعُ الْإِعْرَابِ أَرْبَعَةٌ anwa’ul i’rab (macam-macam i’rab ada empat), maksudnya adalah pengaruh atau efek yang zhahir (konkrit) maupun muqaddar (abstrak) disebabkan karena adanya ‘amil. Perubahan tersebut terlihat pada akhir sebuah kata.

Atsar (perubahan) adalah perubahan harakat, yaitu bisa berupa dhammah, fathah, kasrah, atau menghapus harakat (sukun). Selain itu, terdapat perubahan-perubahan lain yang merupakan perubahan cabang yang akan dibahas lebih lanjut.

Macam-macam i’rab

Pertama, i’rab zhahir (konkrit). I’rab zhahir adalah hukum asal dari i’rab. Contohnya di dalam kalimat adalah:

يَفُوْزُ المُؤْمِنُ بِثَوَابِ اللهِ

“Orang yang beriman itu sukses mendapatkan pahala dari Allah.”

I’rab dari masing-masing kata di atas adalah:

Pertama, kata يَفُوْزُ adalah fi’il mudhari’ marfu’ dengan tanda dhammah zhahir (konkrit).

Kedua, kata المُؤْمِنُ adalah fa’il marfu’ dengan tanda dhammah zhahir (konkrit).

Ketiga, kata ثَوَاب adalah isim majrur dengan tanda kasrah zhahir (konkrit).

Kedua, i’rab taqdiry (abstrak). Contohnya di dalam kalimat adalah:

الفَوْضَى مُفْسِدَةٌ لِلْأَعْمَالِ

Keadaan yang tidak teratur akan merusak amal.”

I’rab dari masing-masing kata di atas adalah:

Pertama, kata الفَوْضَى mubtada yang marfu’ dengan tanda dhammah muqaddar (abstrak) pada huruf alif yang terletak di akhir kata tersebut. Harakat tidak muncul pada huruf alif tersebut dikarenakan ada faktor yang menghalangi harakat tersebut untuk muncul, yaitu udzur (kemustahilan/ketidakmungkinan). Alif tersebut tidak bisa diberi harakat.

Kedua, kata مُفْسِدَةٌ berkedudukan sebagai khabar dan akan disampaikan pembahasannya pada bab tersendiri, insyaAllah.

Jenis-jenis i’rab

Jenis-jenis i’rab ada empat, yaitu: rafa’, nashab, jer, dan jazm. Isim dan fi’il masing-masing memiliki tiga dari empat i’rab tersebut. Jenis-jenis i’rab yang dimiliki oleh isim dan fi’il ada tiga, yaitu :

Pertama, i’rab yang sama-sama terdapat pada isim dan fi’il (fi’il mudhari’). Yaitu, rafa’ dan nashab. Contohnya di dalam kalimat adalah:

إِنَّ المِؤْمِنَ لَنْ يَخُوْنَ

 “Sesungguhnya orang mukmin tidak akan berkhianat.”

Adapun i’rab dari kata di atas adalah:

Pertama, kata المِؤْمِنَ  pada kalimat di atas manshub dengan tanda fathah berkedudukan sebagai isim inna.

Kedua, kata يَخُوْنَ pada kalimat di atas manshub dengan tanda fathah dikarenakan didahului oleh huruf  لَنْ (tidak akan).

الْعَاقِلُ يُطِيْعُ أُمَّهُ

“Orang yang cerdas akan mentaati ibunya.”

Adapun i’rab dari kata di atas adalah:

Pertama, kata الْعَاقِل marfu’ dengan tanda dhammah berkedudukan sebagai mubtada.

Kedua, kata أُمَّ manshub dengan tanda fathah berkedudukan sebagai objek.

Kedua, i’rab yang hanya terdapat pada isim yaitu jer. Contohnya di dalam kalimat adalah:

نَظَرْتُ إِلَى الكَعْبَةِ

“Aku melihat ka’bah.”

I’rab jer yang terdapat pada kata di atas adalah kata الكَعْبَة. Kata tersebut majrur dengan tanda kasrah.

Ketiga, i’rab yang hanya terdapat pada fi’il adalah jazm. Contohnya di dalam kalimat adalah:

لَمْ يَحْضُرْ أَحَدٌ

“Tidak ada seorang pun yang datang.”

I’rab jazm yang terdapat pada kalimat di atas adalah kata يَحْضُر jazm dengan tanda sukun.

Tanda-tanda i’rab

Ibnu Hisyam pada bait di atas mengatakan “rafa’ dengan tanda dhammah, nashab dengan tanda fathah, jer dengan tanda kasrah, dan jazm dengan tanda hazf  harakat (sukun).”

Maksud dari kata di atas adalah keempat jenis i’rab tersebut memiliki tanda. Tanda tersebut ada 2 macam: tanda utama dan tanda cabang. Adapun tanda-tanda utama tersebut adalah:

Pertama, dhammah untuk rafa’;

Kedua, fathah untuk nashab;

Ketiga, kasrah untuk jer;

Keempat, hazf harakat (menghapus harakat) untuk jazm. Sebagian ulama Nahwu memilih istilah hazf (menghapus) harakat dengan istilah sukun atau wakaf.

[Bersambung]

***

Penulis: Rafi Nugraha


Artikel asli: https://muslim.or.id/97422-penjelasan-kitab-tajilun-nada-bag-13-macam-macam-irab.html